Aseon7

Selamat datang di blog sederhana ku...


KODE PPC ANDA

Dahulu, seorang raja yang sedang duduk santai di pelataran istana. Saat dia sedang melihat-lihat pemandangan, matanya tertuju pada seorang wanita cantik jelita di atas balkon di sebuah rumah. Raja bertanya kepada dayang-dayang tentang wanita itu. Dayang-dayang mengatakan bahwa wanita itu adalah istri pembantunya, Fairuz.

Kemudian raja turun. Dalam hatinya telah tumbuh cinta yang menggelora. Lalu ia memanggil pembantunya dan berkata, “Wahai Fairuz”. “Hamba paduka”, jawab Fairuz. “Ambillah surat ini dan bawalah ke negeri antah berantah, kemudian bawalah jawabannya padaku”, titah sang raja.

Si pembantu mengambil surat itu lalu pulang ke rumahnya dan meletakkan surat itu di bawah bantal. Kemudian ia menyiapkan segala keperluan untuk perjalanannya, ia pamit kepada keluarganya dan memulai perjalanannya untuk menunaikan tugas. Dia sama sekali tidak mengetahui rencana busuk sang raja di balik kepergiannya.

Sementara itu, raja pergi ke rumah pembantunya. Dan mengetuk pintu pelan-pelan. Istri pembantu raja bertanya “siapa yang mengetuk pintu?”. Sang raja menjawab, “Aku raja dan tuan suamimu”. Si istri membuka pintu dan masuklah raja. Wanita itu bertanya, “Ada apakah gerangan paduka mengunjungi rumah kami? Hamba berlindung kepada Allah dari kunjungan ini dan hamba tidak mengira ini kunjungan yang baik”.

Raja berkata, “Celakalah kamu, aku adalah raja dan tuanmu. Apakah kamu tidak mengetahui hal ini?”. Si wanita menjawab, “Bahkan hamba sangat mengenal paduka. Tetapi paduka telah didahului oleh leluhur dalam pepatah mereka:

Akan ku tinggalkan air milikku tanpa bunga,
Karena banyak orang yang mendambakannya.
Bila seekor lalat di atas hidangan,
Kuurungkan tanganku,
Sekalipun seleraku menginginkannya.
Singa-singa pun tak mau mendekat ke telaga,
Bila anjing-anjing telah menjilat telaga itu”.

Kemudian wanita itu berkata, “Wahai raja, paduka telah datang ke tempat minum anjing dan paduka ingin minum air berkasnya?”. Raja sangat malu mendengar ucapan itu, lalu keluar meninggalkan wanita tersebut. Namun, ia lupa membawa sepatunya dan malah meninggalkannya di rumah itu.

Sementara itu, Fairuz di tengah jalan ia memeriksa surat sang raja, tetapi tidak mendapatkannya. Ia teringat bahwa surat itu ditaruhnya di bawah bantal. Kemudian diputuskannya untuk kembali ke rumah. Saat sampai di rumah, raja baru keluar dari rumahnya dan ia melihat sepatu sang raja yang tertinggal. Dalam hati, ia sangat marah. Ia menyadari bahwa sang raja tidak mengutusnya pergi kecuali karena ada maksud tertentu di balik perintahnya. Ia terdiam dan tidak mengucapkan sepatah kata pun kepada istrinya. Lalu, ia mengambil surat dan pergi menunaikan tugas dari raja.

Setelah selesai menunaikan tugas, ia kembali dan menghadap raja. Raja memberinya uang seratus dinar. Setelah itu, ia pergi ke pasar membeli keperluan wanita dan mempersiapkan hadiah mahal untuk istrinya. Ia pulang ke rumah memberi salam kepada istrinya dan berkata, “bangkitlah dan pulanglah ke rumah ayahmu!” Istrinya bertanya heran, “mengapa?”. Si suami menjawab, “Raja memberiku hadiah dan aku ingin memperlihatkannya kepada keluargam”.

Si istripun bangkit dan pergi ke rumah ayahnya. Keluarganya gembira karena kedatangan dan hadiah yang dibawanya. Ia tinggal di rumah ayahnya selama sebulan penuh. Selama itu suaminya tidak pernah menanyakan dan menjemputnya.

Melihat hal itu, saudara lelaki istrinya datang menemuinya dan bertanya, “Katakanlah kepada kami penyebab kemarahanmu atau kalau tidak kita akan ajukan perkara ini kepada raja”. Fairuz menjawab, “Jika kalian ingin mengajukannya kepada raja, maka lakukanlah, aku tidak mempunyai hak apa-apa lagi terhadap istriku”. Maka mereka pun mengajukan permasalahan ini kepada raja. Sang raja menyerahkan perkara ini kepada hakim kerajaan yang saat itu duduk di sebelahnya.

Saudara laki-laki si istri berkata, “Tuan hakim ketua, aku telah memperkerjakan orang ini di kebun milikku yang berpagar kuat, mempunyai mata air sumur yang jernih dan ditumbuhi pepohonan yang berbuah lebat. Namun kemudian, ia memakan buah-buahnya dan merusak tembok pagarnya dan merusak sumber airnya”.

Sang hakim menoleh kepada pembantu raja, “Apa yang ingin kau katakan wahai Fairuz?”. Fairuz menjawab, “Wahai tuan hakim, sungguh aku telah menerima kebun itu dan telah kau serahkan kembali dengan kondisi yang lebih baik daripada sebelumnya”.

Sang hakim bertanya, “Apakah ia menyerahkan kebun itu seperti semula?”. Saudara laki-laki itu menjawab, “Benar, aku ingin mengetahui penyebab mengapa ia mengembalikannya”?. Sang hakim bertanya, “Apa yang ingin kau katakan, wahai Fairuz?”. Ia menjawab, “Demi Allah wahai tuanku, aku tidak mengembalikannya lantaran benci kepadanya. Suatu hari, aku datang ke kebun dan melihat bekas jejak harimau (sepatu sang raja). Aku takut kalau harimau itu membunuhku. Aku menahan diriku untuk masuk ke kebun itu sebagai penghormatanku kepada harimau itu”.

Sang raja yang sebelumnya duduk bersandar, mendadak duduk tegang dan berkata, “Wahai Fairuz, kembalilah ke kebunmu dengan aman dan tenang. Demi Allah, harimau itu memang telah masuk ke kebun itu dan telah meninggalkan jejak. Namun ia tidak menyentuh sehelai daun atau mengambil satu butir buah pun darinya. Harimau itu hanya masuk sebentar dan keluar tanpa merusak apapun yang ada di dalamnya. Demi Allah, harimau itu belum pernah melihat kebun yang sangat menjaga pagar dan pepohonannya”. Maka, pembantu raja itupun pulang dan membawa istrinya kembali ke rumah. Sang hakim maupun hadirin yang mengikuti sidang itu, tidak satupun yang mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Bila lalat ada di atas hidangan, urung tangan menjamahnya. Singa pun tak mau mendekat ke telaga bila anjing telah menjilatnya terlebih dahulu.

KODE PPC ANDA

Digg Technorati del.icio.us Stumbleupon Reddit Blinklist Furl Spurl Yahoo Simpy

Related Posts by Categories



Widget by Hoctro | Jack Book

0 komentar

Posting Komentar

Langganan: Posting Komentar (Atom)